Kumpulan Kitab Karya Madzahibul Arba’ah
&
Biografi Singkat
I. IMAM ABU HANIFAH
Imam Abu Hanifah bernama lengkap An-Nu`man bin Sabit bin Zuta At-Taymiy. Imam Abu Hanifah adalah pengasas Mazhab Hanafi. Beliau dilahirkan pada tahun 80 Hijrah (699 Masehi) di sebuah perkampungan bernama Anbar di sekitar bandar Kufah, Iraq. Beliau hidup di zaman pemerintahan Khalifah Abdul Malik Bin Marwan, Khalifah Bani Umaiyah yang kelima. Beliau berketurunan Farsi dan ayahnya seorang peniaga kain.
Kemasyhuran nama Abu Hanifah menurut para ahli sejarah ada beberapa sebab ::
(1) Karena ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Hanifah, maka ia diberi julukan dengan Abu Hanifah.
(2) Karena semenjak kecilnya sangat tekun belajar dan menghayati setiap yang dipelajarinya, maka ia dianggap seorang yang hanif (kecenderungan/condong) pada agama. Itulah sebabnya ia masyhur dengan gelaran Abu Hanifah. (3) Menurut bahasa Persia, Hanifah bererti tinta. Imam Hanafi sangat rajin menulis hadits-hadits, ke mana, ia pergi selalu membawa tinta. Kerana itu ia dinamakan Abu Hanifah.
Beliau dibesarkan di kota Kufah dengan kehidupan yang senang dan mewah. Sejak kecil beliau sudah terdidik dalam urusan perniagaan dan mendapat kemudahan untuk menuntut ilmu. Ini menjadikannya seorang saudagar yang berpengetahuan tinggi dan berpegang teguh dengan hukum Allah. Beliau seorang yang berakhlaq mulia, pemurah, ikhlas, berani, suka memberi nasihat, rajin berusaha dan bercita-cita tinggi.
Beliau sering bangun malam untuk mengerjakan salat malam dan membaca Al-Qur’an.
Ulama yang mengikuti mazhab Abu Hanifah lebih dikenal dengan ulama Hanafiyah. Diantaranya mereka yang terkenal adalah Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan, Hasan bin Ziyad, dan lainnya. Mazhab Hanafiyah telah menyebar ke berbagai wilayah Islam, seperti Baghdad, Persia, India, Bukhara, Yaman, Mesir, dan Syam. Mazhab Hanafiyah juga adalah mazhab yang paling banyak dianut pada masa Dynasti ‘Abbasiyah.
Metode yang digunakan Beliau dalam menetapkan hukum (istinbat) berdasarkan pada tujuh hal pokok:
(1) Al Quran sebagai sumber dari segala sumber hukum.
(2) Sunnah Rasul sebagai penjelasan terhadap hal hal yang global yang ada dalam Al Quran.
(3) Fatwa sahabat (Aqwal Assahabah) karena mereka semua menyaksikan turunnya ayat dan mengetahui asbab nuzulnya serta asbabul khurujnya hadits dan para perawinya. Sedangkan fatwa para tabiin tidak memiliki kedudukan sebagaimana fatwa sahabat.
(4) Qiyas (Analogi) yang digunakan apabila tidak ada nash yang sharih dalam Al Quran, Hadis maupun Aqwal Asshabah.
(5) Istihsan yaitu keluar atau menyimpang dari keharusan logika menuju hukum lain yang menyalahinya dikarenakan tidak tepatnya Qiyas atau Qiyas tersebut berlawanan dengan Nash.
(6) Ijma’ yaitu kesepakatan para mujtahid dalam suatu kasus hukum pada suatu masa tertentu.
(7)‘Urf yaitu adat kebiasaan orang muslim dalam suatu masalah tertentu yang tidak ada nashnya dalam Al Quran, Sunnah dan belum ada prakteknya pada masa sahabat.
Imam Abu Hanifah wafat dalam bulan Rejab tahun 150 hijrah (767 Masihi) dalam usia 70 tahun yaitu semasa pemerintahan Khalifah Abu Ja'far Al Mansur, Khalifah Abbasiyah yang kedua. Jenazah ulama agung ini dimaqamkan dengan penuh penghormatan oleh puluhan ribu umat Islam di tanah perkuburan Al Khaizaran di kota Baghdad.
II. IMAM MALIK
Imam Malik bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris Al Asbahi. Beliau digelar Syaykhu l-Islam, Hujjatu l-Ummah, dan Imam Daru l-Hijrah.
Ayahnya ialah Abu `Abdi Llah, Ibunya bernama `Aliyah binti Syarik Al-Azdiyyah. Beliau dilahirkan di Madinah pada tahun 93H/713M, yaitu pada tahun kematian Anas khadam Rasulu llah.
Imam Malik meninggal dunia pada pagi hari Ahad dalam bulan Rabi`u l-Awwal tahun 179H/ 789M ketika berusia 89 tahun dan dimakamkan di perkuburan Baqi`, Madinah. Datuknya yang pertama, iaitu Malik bin `Amir adalah golongan `ulama’ tabi`in yang terkemuka. Moyangnya, `Amir bin Al-Haris adalah seorang sahabat dan pernah berperang bersama-sama dengan Nabi Muhammad.
Imam Malik seorang yang banyak mendampingi `ulama’ Madinah sejak kecil. Ingatannya sangat kuat sehingga dapat menghafaz Al-Qur’an dan Hadis sejak kecil. Beliau merupakan seorang Imam dalam hadis dan riwayatnya dipercayaï. Beliau berguru dengan lebih daripada 900 orang guru daripada kalangan tabi`in dan tabi` tabi`in. Gurunya yang pertama ialah Imam `Abdu r-Rahman bin Hamzah.
Beliau pernah mempelajari ilmu hadis daripada Ibnu Syihab Az-Zuhriy dan ilmu ar-ra’y daripada Rabi`ah bin `Abdu r-Rahman. Diantara guru-gurunya yaitu: Ayyub bin Abi Tamimah As-Sikhtiyaniy, Ja`far bin Muhammad As-Sadiq, Humayd At-Tawil, Dawud bin Al-Husayn, Zayd bin Aslam, Salim Abu n-Nadhr, Sa`id bin Abi Sa`id Al-Maqburiy, Abi Hazim Salmah bin Dinar Al-Madaniy, Suhayl bin Abi Salih, `Amir bin `Abdi Llah bin Az-Zubayr, `Abdu Llah bin Dinar, `Amr bin Yahya bin `Ammarah Al-Maziniy, Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhriy, Nafi` Mawla Ibnu `Umar, Hisyam bin `Urwah, Yahya bin Sa`id Al-Ansariy.
Kecintaannya kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya diabdikan dalam dunia pendidikan, tidak kurang empat Khalifah, mulai dari Al Mansur, Al Mahdi, Harun Arrasyid dan Al Makmun pernah jadi muridnya, bahkan ulama ulama besar Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i pun pernah menimba ilmu darinya, menurut sebuah riwayat disebutkan bahwa murid Imam Malik yang terkenal mencapai 1.300 orang. Ciri pengajaran Imam malik adalah disiplin, ketentraman dan rasa hormat murid terhadap gurunya.
Karya Imam malik terbesar adalah bukunya Al Muwatha’ yaitu kitab fiqh yang berdasarkan himpunan hadits hadits pilihan, menurut beberapa riwayat mengatakan bahwa buku Al Muwatha’ tersebut tidak akan ada bila Imam Malik tidak dipaksa oleh Khalifah Al Mansur sebagai sangsi atas penolakannya untuk datang ke Baghdad, dan sangsinya yaitu mengumpulkan hadits hadits dan membukukannya, Awalnya imam Malik enggan untuk melakukannya, namun setelah dipikir pikir tak ada salahnya melakukan hal tersebut Akhirnya lahirlah Al Muwatha’ yang ditulis pada masa khalifah Al Mansur (754-775 M) dan selesai di masa khalifah Al Mahdi (775-785 M), semula kitab ini memuat 10 ribu hadits namun setelah diteliti ulang, Imam malik hanya memasukkan 1.720 hadits.
Selain kitab tersebut, beliau juga mengarang buku Al Mudawwanah Al Kubra.
Imam malik tidak hanya meninggalkan warisan buku, tapi juga mewariskan Mazhab fiqhinya di kalangan sunni yang disebut sebagai mazhab Maliki, Mazhab ini sangat mengutamakan aspek kemaslahatan di dalam menetapkan hukum, sumber hukum yang menjadi pedoman dalam mazhab Maliki ini adalah Al Quran, Sunnah Rasulullah, Amalan para sahabat, Tradisi masyarakat Madinah, Qiyas dan Al Maslaha Al Mursal ( kemaslahatan yang tidak didukung atau dilarang oleh dalil tertentu.
Mazhab Malikiyah terus dikembangkan oleh para pengikutnya dan menyebar ke banyak wilayah negeri Islam hingga ke arah Barat menemui wilayah Mesir, Afrika, Andalusia, dan Ujung Maroko yang dekat ke Eropa. Begitu pula ke wilayah Timur, seperti Bashrah, Baghdad, dan lainnya.
III. IMAM SYAFI'I
Imam Syafi’I bernama langkap Muhammad bin Idris bin Al-`Abbas bin `Usman bin Syafi` bin As-Sa’ib dan nasabnya sampai kepada `Abdu Manaf datuk Nabi. Dan ibunya masih merupakan cicit Ali bin Abi Thalib r.a. Beliau dilahirkan di desa Gaza, masuk kota ‘Asqolan pada tahun 150 H/767 M. Saat beliau dilahirkan ke dunia oleh ibunya yang tercinta, bapaknya tidak sempat membuainya, karena ajal Allah telah mendahuluinya dalam usia yang masih muda. Lalu setelah berumur dua tahun, paman dan ibunya membawa pindah ke kota kelahiran nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, Makkah Al Mukaramah.
Beliau meninggal dunia pada 29 Rajab tahun 204H/820M di Mesir.
Imam Asy-Syafi`iy mula-mula belajar Al-Qur’an ketika berusia lima tahun dan telah menghafaz Al-Qur’an ketika berusia tujuh tahun. Imam Asy-Syafi`iy mempunyaï ingatan yang kuat, berkebolehan tinggi, dan dapat menghafal semua pelajaran yang diajar.
Diantara hal-hal yang menunjukkan kecerdasannya antara lain::
(1)Kemampuannya menghafal Al-Qur’an di luar kepala pada usianya yang masih belia, tujuhtahun.
(2)Cepatnya menghafal kitab Hadits Al Muwathta’ karya Imam Darul Hijrah, Imam Malik bin Anas pada usia sepuluh tahun.
(3)Rekomendasi para ulama sezamannya atas kecerdasannya, hingga ada yang mengatakan bahwa ia belum pernah melihat manusia yang lebih cerdas dari Imam Asy-Syafi`i.
(4)Beliau diberi wewenang berfatwa pada umur 15 tahun.
Di Madinah, Imam Asy-Syafi`iy belajar daripada Imam Malik bin Anas, Ibrahim bin Abi Yahya As-Samiy, Muhammad bin Sa`id bin Abi Fudayl dan `Abdu Llah bin Nafi` As- Sani`. Imam Asy-Syafi`iy menghafal kitab Al-Muwatta’ Imam Malik ketika berusia 10 tahun semasa beliau di Makkah dan belum lagi berjumpa dengan Imam Malik.
Imam Asy-Syafi`iy telah datang ke Iraq pada tahun 195H dan tinggal di sana selama dua tahun. Para `ulama’ di sana telah belajar dengannya dan ramai antara mereka telah bertukar kepada mazhab Asy-Syafi`iy daripada mazhab asal mereka. Kemudian Asy- Syafi`iy telah kembali ke Makkah dan kemudian kembali ke Baghdad pada tahun 198H dan tinggal di sana selama sebulan. Kemudian Asy-Syafi`iy pergi ke Mesir sehingga dia Wafat.
Asy-Syafi`iy wafat pada hari Juma`at pada penghujung bulan Rajab tahun 204H dan dimakamkan di Al-Qarafah selepas `Asar.
Beliau mewariskan kepada generasi berikutnya sebagaimana yang diwariskan oleh para nabi, yakni ilmu yang bermanfaat. Ilmu beliau banyak diriwayatkan oleh para murid- muridnya dan tersimpan rapi dalam berbagai disiplin ilmu. Bahkan beliau pelopor dalam menulis di bidang ilmu Ushul Fiqih, dengan karyanya yang monumental Risalah.
Mazhab Syafi’iyah telah memenuhi berbagai wilayah kota besar di Qatar selain penduduk asli dan suku pedalaman. Mazhab Syafi’iyah juga berkembang di Palestina, Kurdistan, dan Armenia.. begitu juga dengan para penganut Ahlus Sunnah di Persia, Muslim di Wilayah Thailand, Philipina, Jawa dan sekitarnya, India, Cina, Australia, Iraq, Hijaz, dan Syam bersama-sama dengan mazhab lainnya.
IV. IMAM AHMAD BIN HANBAL
Namanya ialah Abu `Abdi Llah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin `Abdi Llah bin Hayyan bin `Abdi llah bin Anas bin `Awf bin Qasit bin Mazin Ibnu Syayban bin Zahl bin Sa`labah bin `Ukabah bin Su`b, bin `Aliy bin Bakv Wa’il bin Qasit bin Wahb bin Afsiy Asy-Syaybaniy Al-Muruziy Az-Zahliy Al- Baghdadiy. Beliau lahir di kota Baghdad pada bulan rabi’ul Awwal tahun 164 H (780 M), pada masa Khalifah Muhammad al Mahdi dari Bani abbasiyyah ke III. Nasab Imam Ahmad kembali kepada Bani Syayban dan ia ialah suatu qabilah daripada Bani Rabi`ah `Adnaniyyah yang bertemu nasabnya dengan Nabi pada Nizar bin Ma`d bin `Adnan. Ayahnya meninggal dunia ketika beliau masih berusia tiga tahun. Ibunya bernama Safiyyah binti Maymunah binti `Abdu l-Malik Asy-Syaybaniy. Beliau wafat pada 12 Rabi’ul Awwal 241 H (855). Pada hari itu tidak kurang dari 130.000 Muslimin yang hendak menshalatkannya dan 10.000 orang Yahudi dan Nashrani yang masuk Islam.